A. Sifat Tuhan
Apakah Tuhan
mempunyai sifat atau tidak ?
1.
Mu’tazilah
Tuhan,
menurut Mu’tazilah, tidak mempunyai sifat-sifat yang mempunyai wujud di luar
zatnya. Tuhan tidak mungkin diberikan sifat-sifat yang mempunyai wujud
tersendiri dan kemudian melekat pada zat Tuhan. Karena zat Tuhan bersifat
qadim. Kalau dikatakan Tuhan mempunyai
sifat-sifat yang qadim, maka akan menunjukkan bahwa Allah itu berbilang-bilang
atau Tuhan lebih dari satu. Padahal Allah itu maha Esa, tidak ada yang
menyekutuinya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak seperti apapun zat Tuhan
hanyalah satu (Esa) tidak terbilang. Tuhan tidak berjisim, bersifat, berunsur
serta berjauhar (atom). Dengan demikian
apabila ada pandangan bahwa Tuhan bersifat maka orang itu dapat disebut sebagai
syirik.
Kalaupun
dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Tuhan mengetahui, berkehendak, berkuasa dan
sebagainya, itu tidak lain tak terlepas dari zatnya. Abu Huzail memberikan
pendapatnya bahwa yang dimaksud Tuhan mengetahui adalah mengetahui dengan
pengetahuan, dan pengetahuannya adalah zat-Nya, Tuhan berkuasa dengan kekuasaan
dan kekuasaan-Nya adalah zatnya, Tuhan itu hidup dengan kehidupan dan
kehidupan-Nya adalah zatnya, dan begitu seterusnya.
2.
Asy’Ariyah
Sifat dan
zat Tuhan menurut Asy’ariyah sangat berbeda dengan pandangan Mu’tazilah.
Menurutnya, Tuhan tetap mempunyai sifat di dalam zat-Nya. Mustahil jika yang
disebutkan Mu’tazilah bahwa Tuhan mengetahui dengan zatNya, karena dengan
demikian zatNya adalah pengetahuan, berarti pula Tuhan adalah pengetahuan.
Sifat-sifat
mengetahui, hidup, berkuasa dan lain sebagainya adalah tetap merupakan sifat
Tuhan dan tidak bisa dipisahkan dari zatNya, tetapi Asy’ariyah juga menyangkal
bahwa sifat adalah zat. Artinya, sifat bukanlah zat dan bukan pula selain zat.
Ada dua
kesulitan yang dihadapi Asy’ariyah, di satu pihak mereka tidak bisa menyangkal
bahwa sifat-sifat Allah itu adalah lain dari Dia, akan tetapi di lain pihak
juga tidak dapat menyatakan bahwa sifat-sifat itu tidak terpisah dari Dia. Oleh
karena itu mereka mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan dua kesulitasn
ini.
Jalan yang
ditempuh Asy’ariyah yang nampaknya membingungkan ini, mereka membedakan antara
‘makna’ dan ‘realitas’. Sejauh menyangkut maknanya atau konotasinya sifat-sifat
Allah itu berbeda dengan Allah; akan tetapi sejauh menyangkut relitasnya
(hakekatnya) sifat-sifat itu tidak terpisah dengan esensi Allah dan demikian
tidak berbeda denganNya. Oleh karena itu
sifat-sifat Tuhan tidak selain zatNya, maka sifat-sifat itu tidak akan membawa
kepada faham adanya banyak qadim.
3.
Maturidiyah Bukhara
Maturidiyah
Bukhara berpendapat Tuhan tidaklah mempunyai sifat-sifat jasmani. Ayat-ayat
Al-Qur’an yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani haruslah
diberi ta’wil.
4.
Maturidiyah Samarkand
Sedangkan
golongan Samarkand mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain
dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat
dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.
B. Antropomorphisime
1.
Mu’tazilah
Dalam
pandangan Mu'tazilah, Tuhan adalah zat yang tidak mungkin menempel pada-Nya
apalagi ada di dalam zat (esensi)-Nya sesuatu yang lain, termasuk sifat-sifat.
Dengan mengatakan bahwa ada sifat pada esensi dan eksistensi Tuhan, sama dengan
menambahkan esensi lain pada esensi Tuhan dan itu berarti akan
"menodai" keesaan-Nya. Bagi Mu'tazilah, sifat-sifat Tuhan bukanlah
eksistensi hypostatik yang berdiri sendiri dan berbeda dengan esensi Tuhan,
melainkan sifat-sifat itu adalah esensi Tuhan itu sendiri. Sifat juga bukan aksiden (sesuatu) yang terdapat di luar esensi Tuhan, sebab
jika sifat adalah aksiden di luar esensi Tuhan akan bermuara pada pemahaman
bahwa Tuhan adalah jauhar (substansi) yang di dalamnya terdapat
aksiden-aksiden. Dan jika begitu, Tuhan
tidak lagi esa, dan itu adalah sesuatu yang sangat bertentangan dengan prinsip
monoteisme dan ketauhidan dalam Islam. Karena itu, dalam pandangan Mu'tazilah,
sifat-sifat itu adalah Tuhan itu sendiri. Sifat dan Tuhan tidak bisa dipahami
sebagai dua substansi yang berbeda.
2.
Asy’Ariyah
Kaum
Asy'ariyah mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat, dan hal tersebut adalah
sesuatu yang tidak dapat diingkari. Adanya sifat-sifat Tuhan itu ditunjukkan
oleh perbuatan-perbuatan-Nya, seperti Tuhan Mengetahui menunjukkan bahwa Ia
memiliki sifat Mengetahui (ilmu), Tuhan menciptakan menunjukkan bahwa Ia
memiliki sifat qudrah (kemampuan), dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah
azaliyah (ada begitu saja) di dalam esensi Tuhan, tetapi sifat itu bukanlah
esensi Tuhan. Dengan kata lain, sifat-sifat itu tidaklah sama dengan esensi
Tuhan, tetapi berwujud dalam esensi Tuhan itu sendiri. Kaum Asy'ariyah ingin
mengatakan bahwa sifat, meskipun ada dalam esensi Tuhan, tetapi tidak
menyebabkan adanya "yang banyak" dalam esensi-Nya, sebab sifat adalah
berbeda dengan esensi Tuhan itu. Dikatakan "banyak" jika sifat itu
menjadi bagian dari esensi Tuhan. Bagi Asy'ariyah, sifat adalah sesuatu yang
"dimiliki" oleh Tuhan, dan itu tidak memberikan pengaruh, baik
menambah atau pun mengurangi, pada esensi-Nya.
3.
Maturidiyah Bukhara
Tangan Tuhan
adalah sifat bukan anggota tubuh. Sama dengan sifat-sifat lain, sperti
pengetahuan, daya , dan kemampuan.
4.
Maturidiyah Samarkand
Mata,
tangan, muka tuhan adalah kekuasaan tuhan dan tuhan tidak memerlukan anggota
tubuh.
C. Melihat Tuhan
1.
Mu’tazilah
Karena Tuhan
bersifat Imamateri , maka Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata kepala. Karena
Tuhan tak mengambil tempat dan dengan demikian tak dapat dilihat, karena yang
dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat (QS. Al-An'am : 104)
2.
Asy’Ariyah
Menurut
asyariyah, Tuhan dapat dilihat diakhirat. alasanya sifat-sifat yang tidak dapat
diberikan Tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada pengertian
diciptakannya Tuhan. sifat dapat dilihatnya tuhan diakhirat tidak membawa
kepada pengertian diciptakannya tuhan, karena apa yang dilihat tidakj mesti
mengandung pengertian bahwa ia mesti diciptakan. dengan demikian jika dikatakan
bahwa tuahn dapat dilihat, itu tidak mesti bahwa tuhan harus bersifat
diciptakan.
3.
Maturidiyah
Tuhan dapat
dilihat karena Ia mempunyai wujud, meskipun tidak mempunyai bentuk, tidak
mengambil tempat dan tidak terbatas.
D. Sabda Tuhan
1.
Mu'tazilah
Sabda
buikanlah sifat tapi perbuatan Tuhan. Dengan demikian Al-Qur'an tidak bersifat
kekal tapi bersifat baru dan diciptakan Tuhan yang tersusun dari bagian-bagian
berupa ayat dan surat.
2.
Asy'ariyah
Sabda adalah
sifat dan sebagai sifat Tuhan mestilah kekal. Sabda juga bermakna abstrak dan
tidak tersusun dari huruf dan suara. Sabda yang tersusun dalam arti kiasan
sedang sabda yang sebenarnya apa yang terletak dibalik yang tersusun (QS.
An-Nahl : 40)
3.
Maturidiyah
Sependapat
dengan Asy’Ariyah, sabda Tuhan atau Al qur’an adalah Kekal , satu, tidak terbagi
, tidak bahasa arab, atau Syriak, tetapi di ucapkan manusia dalam ekspresi
berlainan.
Casino Night at Foxwoods | JMHub
BalasHapusJMHUB, IL — A 포천 출장샵 lively casino night. 제주 출장안마 See the casino with 세종특별자치 출장안마 slot machines, blackjack, roulette and 안성 출장마사지 Vegas style games. Enjoy the thrills 공주 출장안마 of live casino action